Senin, 03 Maret 2008

Desa Ansiap Miliki PLTA


Manfaatkan Aliran Sungai

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Para penjabat dan PLN ribut soal listrik tenaga batubara, gambut dan nuklir. Nun jauh di Desa Ansiap, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Pontianak, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ramag lingkungan, telah membangun PLTA. Sehingga mereka tidak mengalami permasalahan soal penerangan. Ide tersebut muncul dari pemuda Desa Ansiap, Fendus, untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di desa mereka.

“Pertama membangun PLTA bukan disini, tetapi memanfaatkan air terjun dari bukit tetapi tidak ada hasilnya dan saat itu kami sudah habis biaya sekitar Rp 18 juta. Namun setelah dibangun di aliran Sungai Amparuak ini, dengan membendung air sungai akhirnya usaha kami berhasil. Ide ini saya ambil karena dulunya kami menggunakan mesin diesel dan biayanya sangat besar sekali, setahun biaya solar Rp 8 juta, belum lagi biaya perawatan mesin,” kata Fendus, dikonfirmasi saat meninjau PLTA buatannya.

Lanjutnya lagi, untuk sementara PLTA tersebut baru bisa dimanfaatkan empat rumah, namun PLTA ini mampu menghidupkan TV, Kulkas dan barang elektronik lainnya, dengan kafasitas 3000 watt.

“Sebenarnya untuk menerangi satu desa bisa, karena dynamo dengan kafasitas 5000 watt belum dipasang. Dan untuk warga yang memasang lampu setiap bulan membayar satu lampu Rp 7 ribu,” katanya.

Melihat adanya PLTA di desa tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, SH, MH, menilai pembangunan PLTA tersebut, merupakan terobosan baru bagi masyarakat pedesaan yang memiliki aliran sungai, tetapi belum tersentuh PLN, untuk memanfaatkan aliran sungai mereka untuk mendirikan PLTA.

“Saya sangat bangga, anak desa yang hanya tamatan SD mampu mendirikan PLTA. Dan ini sangat bermanfaat sekali dan bisa menjadi contoh bagi yang lainnya. Dan saya juga akan berusaha dalam perubahan anggarn nanti, kita Bantu untuk menambah kafasitas PLTA ini, agar seluruh masyarakat merasakan manfaatnya, karena biayanya juga tidak terlalu besar,” katanya.



0 komentar: