Sabtu, 23 Februari 2008

Sejarah Kerajaan Mempawah

Repro Foto : Pertemuan dengan Sultan Sambas Moehammad Syaifuddin (duduk di tengah), Panembahan Mempawah Gusti Ibrahim Mohammad Syafiuddin (kanan) dan Sultan Pontianak Syarif Oesman Alkadrie (kiri).



Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah


Sebelum terkenalnya Kerajaan Mempawah yang dikenal dengan Istana Amantubillah dan Opu Daeng Manambon, telah ada jauh kebelakang kerajaan Dayak yang ketika itu sangat populer dikenal di Kalimantan Barat. Dan apabila akan mencoba menuliskan sebuah kerajaan di Kalimantan Barat sebelah Barat khususnya, maka tidak dapat dilepaskan kaitan dan rangkaiannya dengan penduduk aslinya yaitu Suku Dayak yang mula pertama menjadi raja dan penguasa.

Sebagaimana dituturkan penulis sejarah Kerjaan Mempawah, Ellyas Suryani Soren, ditemui dikediamannya di Jalan Gusti Ibrahim Safiudin, Gang Berkat I, MempawahHilir, Minggu (23/12), kemarin, mengatakan, masuknya Agama Islam di Indonesia pada akhir abad ke 13 sekitar 1292 lalu, melalui Pulau Sumatera bagian Utara (Aceh), yang meluas sampai ke Pulau Jawa, maka berangsur-angsur runtuhlah kerajaan besar Majapahit yang terpusat di Pulau Jawa. Dan terdapatlah pulau besar yang belum pernah disentuh oleh penyebaran Agama Islam.

“Kerajaan Melayu (Islam) di Kalimantan Barat tumbuh sebelum Imperium Melaka jatuh ketangan Portugis pada abat ke 16, sebagaimana diketahui adanya kerajaan Mempawah, Kerajaan Sambas, Kerajaan Matan (Ketapang) dan sejumlah kerajaan kecil di daerah pedalama,” katanya.

Perkembangan sebuah Kerajaan Melayu di Kalimantan Barat, khususnya Sambas dan Mempawah, termasuk Ketapang tidak terlepas dari kontribusi pahlawan-pahlawan Bugis yang memainkan peran di kepulauan Riau dan Tanah Semenanjung.

“Kerajaan mempawah lebih dikenal pada masa Pemerintahan Opu Daeng Manambon yaitu sejak 1737-176, sebenarnya kerajaan Mempawah itu sudah ada sebelumnya diperkirakan sejak tahun 1380,” katanya.

Lanjutnya lagi pertama kali Kerajaan Mempawah berdiri, pusat pemerintahannya bukanlah terletak di Mempawah seperti yang dilihat bekas-bekas peninggalannya sekarang. Tetapi pusatnya terletak di Pegunungan Sidiniang (Mempawah Hulu). Kerajaan yang terkenal pada saat itu adalah Kerajaan Suku Dayak, adapun penguasa dari kerajaan suku Dayak adalah Patih Gumantar. Pada Kerajaan Patih Gumantar disebut kerajaan Bangkule Rajakng, ibukotanya ditetapkan di Sadiniang, bahkan kerajaannya dinamakan Kerajaan Sadiniang.

“Pada masa kekuasaan Patih Gumantar, Kerajaan Bangkule Rajakng berada dalam era kejayaan,” ucapnya.

Sehingga kerajaan tetangga yang ingin merebutnya yaitu Kerajaan Suku Biaju (Bidayuh) di Sungkung, maka terjadi perang kayau mengayau (memenggal kepala manusia). Meskipun Patih Gumantar sangat berani, namun dengan adanya serangan mendadak. Patih Gumantar kalah dan kepalanya terkayau (terpenggal) oleh orang-orang Suku Bidayuh, sejak kematian Patih Gumantar kerajaan Bangkule Rajakng mengalami kehancuran.

“Beberapa abad kemudian kira-kira tahun 1610, Kerajaan Suku Dayak bangkit kembali di bawah kekuasaan Raja Kudong dan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Pekana (sekarang dinamakan Karangan), namun berdirinya kerajaan ini tidak ada hubungannya dengan Patih Gumantar,” katanya.

Lanjutnya lagi, setelah Raja Kudong wafat pemerintahan diambil alih oleh Raja Senggaok dari pusat kerajannya dipidahkan ke Senggaok ( masih di hulu Sungai Mempawah). Raja Senggaok lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Senggaok yang mempunyai istri bernama Puteri Cermin yaitu salah satu puteri Raja Qahar dari kerajaan Baturizal Indragiri Sumatera dan mereka dikarunia seorang anak yang diberi nama Mas Indrawati.

“Pada saat perkawinan raja Senggaok dan Puteri Cermin, diramalkan seorang ahli nujum apabila kelak lahir seoarang anak perempuan dari hubungan mereka maka kerajaan tersebut akan diperintah oleh seorang raja yang berasal dari kerajan lain. Ketika usia Mas Indarwati telah cukup dewasa, ia dikawinkan dengan Sulthan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Matan (Ketapang). Dan dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai seorang puteri berparas cantik yang diberi nama Puteri Kesumba,” paparnya.

Ramalan ahli nujum terhadam Raja Senggaok dan Pitri Cermin apabila kelak lahir seoarang anak perempuan dari hubungan mereka maka kerajaan tersebut akan diperintah oleh seorang raja yang berasal dari kerajan lain ternyata menjadi kenyataan

“Ternyata apa yang diramalkan ahli nujum itu benar adanya. Setelah berakhir pemerintahan Raja Senggaok. Kerajaan Mempawah diperintah oleh Raja Opu Daeng Manambon pelaut ulung dari Kerajaan Luwu, Sulawesi Selatan,” kata Ellyas Suryani Soren melanjutkan ceritanya yang pernah ditulisnya dalam buku Legenda dan Cerita Rakyat Mempawah.

Maka dari itu, Ellyas menjelaskan, Opu Daeng Manambon bukanlah orang Kaliamantan asli, beliau beserta keempat adik-adiknya berasal dari Kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan. Mereka dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung dan pemberani. Mereka meninggalkan tanah kelahirannya merantau mengarungi lautan luas menuju Banjarmasin, Betawi, berkeliling sampai Johor, Riau, Semenajung Melayu akhirnya sampai pula di daerah Kerajaan Tanjungpura (Mantan).

“Dalam perantauannya, kelima bersaudara tersebut banyak membantu kerajaan-kerajaan kecil yang sedang mengalami kesulitan. Kesulitan seperti terlibat pada suatu peperangan, baik perang saudara ataupun baru diserang kerajaan lain. Karena kebiasaan tersebut dan sifat suka menolong terhadap pihak yang lemah inilah mereka terkenal sampai dimana-mana,” katanya.

Dan terbukti apa yang dilakukan kelima saudara tersebut ketika datang di Kerajaan Tanjungpura. Pada saat itu Kerajaan Tanjungpura sedang terjadi perang saudara, disebabkan adik kandung Sultan Muhammad Zainuddin yang bernama Pangeran Agung menyerang Sultan Muhammad Zainuddin. Kelima saudara tersebut berhasil membantu memadamkan pemberontakan dan perampasan tahta kerajaan dari Pangeran Agung. Bahkan Opu daeng Manambon berhasil mempersunting Puteri Sultan Muhammad Zainuddin yaitu Puteri Kesumba cucu dari Panembahan Senggaok.

“Dari perkawinan Opu Daeng Manambon dengan Putri Kesumba, lahirlah sepuluh orang putra puteri, tetapi yang paling terkenal yaitu Utin Chandramidi dan Gusti Jamiril atau Panembahan Adijaya Kesuma Jaya,” katanya.

Lanjutnya lagi kertika Opu Daeng Manambon sampai di Senggaok, diadakan serah terima dari Pangeran Adipati kepada Opu Daeng Manambon, karena Opu Daeng Manambon adalah cucu menantu Panembahan Senggaok. Sehingga Opu Daeng Manambon memangku jabatan Raja Mempawah yang ke tiga dandia memindahkan pusat Kerajaan Mempawah di Sebukit Rama ( kira-kira 10 Km ) dari Kota Mempawah.

“Pemerintahan yang dilaksanakan Opu Daeng Manambon berjalan lancar beliau termasuk seorang raja yang bijaksana dan penduduknya beragama Islam serta taat. Selain itu Opu Daeng Manambon ini selalu bermusyawarah dengan bawahannya dalam memecahkan segala persoalan di kerajaan,” tuturnya.

Seperti yang diuraikan diatas tadi, dari kesepuluh putra-putri Opu Daeng Manambon hanya putrinya Utin Chandramidi adalah istri Sultan Abdurrahman Alkadrie, raja pertama Kerajaan Pontianak sehingga nama tersohornya sampai saat ini. Sedangkan putranya Gusti Jamiril atau Panembahan Adijaya Kesuma Jaya, selain dia sebagai raja pengganti ayahnya, juga lebih terkenal itu dengan Raja yang paling anti dengan penjajah (Belanda) dengan sumpahnya, jasadnya diharamkan untuk dimakamkan di tanah yang di injak oleh Penjajah Belanda.

Setelah Opu Daeng Manambon wafat tanggal 26 Syafar 1175 Hijriah dan dimakamkan di Sebukit Rama yang selalu diramai dikunjungai masyarkat baik dari Kota Mempawah maupun daerah lain. Dimana kawasan makam Opu Daeng Manambon akan dikembangan menjadi kawasan wisata sejarah Kabupaten Pontianak. Dan ada keunikan yang ada disekitar makam dimana jumlah tangga selalu berubah dan setiap orang yang menghitung jumlahnya tidak akan pernah sama dengan orang lain.

“Setelah wafat Opu Daeng Manambon maka tampuk kerajaan diserahkan kepada Gusti Jamiril anaknya yang bergelar Panembahan Adijaya Kesuma Jaya. Dimana pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mempawah selalu bertempur melawan Belanda. Dan masa pemerintahan Gusti Jamiril pula, kerajaan Mempawah mengalami masa keemasan,” kata Ellyas Suryani Soren yang menjabat sebagai Sekretaris Majelis Adat Budaya Melayau Kabupaten Pontianak.

Karena Panembahan Adijaya Kesuma mampu memimpin Kerajaan Mempawah dengan baik, kerajaannya menjadi suatu kerajaan yang makmur, akan tetapi beliau diifitnah membenci dan mau memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Tentunya Belanda murka dan mengerahkan ratusan prajuritnya yang bermarkas di Pontianak untuk menyerang Kerajaan Mempawah.

“Melihat situasi yang tidak baik, akhirnya Panembahan Adijaya Kesuma mengambil keputusan memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mempawah di Karangan yang letaknya di Mempawah Hulu,” katanya

Keputusan tersebut diambil karena pada masa itu hubungan baik komunikasi maupun transportasi dari Mempawah ke Karangan sangat sulit sehingga gerakan pasukan Belanda menuju Karangan berjalan lamban sekali. Selain itu kebencian Panembahan Adijaya Kusuma terhadap penjajah Belanda semakin menjadi-jadi,” kata pria setengah baya ini.

Namun Panembahan Adijaya Kesuma sampai wafatnya terus berusaha mengusir Belanda. tetapi belum juga berhasil. Sebelum wafat beliau beramanah apabila meninggal dunia beliau tidak rela dikuburkan di luar kota Karangan, karena beliau tidak rela jenazahnya dijamah oleh Belanda. Dan setelah Gusti Jamiril (Panembahan Adijaya kesuma) wafat, jabatan raja diserahkan kepada anaknya Gusti Jati dan bergelar Sultan Muhammad Zainal Abidin dan kedudukannya adalah di Mempawah yang berarti bahwa beliaulah sebagai pendiri kota Mempawah ini.

Kemudian sebagai pengantinya setelah Sultan Muhammad Zainal Abidin meninggal digantikan oleh adiknya Gusti Amir yang bergelar Panembahan Adinata Karma Oemar Kamaruddin.

“Setelah beliau wafat tampuk kekuasaan diserahkan kepada anaknya Panembahan Mukmin. Namun ajal ditangan Allah SWT memang manusia punya rencana, tetapi Allah SWT juga yang menentukan segalanya, karena setelah selesai penobatan Panembahan Mukmin wafat dan sebab itu dia disebut Raja Sehari,” ucapnya.

Kemudian sebagai penggantinya adalah adiknya bernama Gusti Mahmud dan bergelar Panembahan Muda Mahmud. Panembahan Usman putera dari Panembahan Mukmin, kemudian naik tahta kerajaan setelah Panembahan Muda Mahmud mangkat.

“Panembahan Usman ketika dia menjadi raja bergelar Panembahan Usman Natajaya Kesuma dan mangkat pada tanggal 6 Jumadil Awal tahun 1280 Hijriah di makamkan di Pulau Pedalaman,” ujarnya.

Setelah wafat Panembahan Usman, maka yang memegang tampuk Kerajaan Mempawah adalah putera Panembahan Muda Mahmud bernama Panembahan Ibrahim Muhammad Tsafiudin, pada saat pemerintahan Panembahan Ibrahim Muhammad Tsafiudin inilah, Belanda mulai lagi menyakiti hati rakyat Mempawah sehingga tahun 1941 timbul pemberontakan Suku Dayak terhadap Belanda. Apalagi Belanda sudah mulai menggunakan kekerasan dan memaksa rakyat membayar pajak. Dan peristiwa ini disebut Perang Sangking, jelas rakyat Mempawah pada waktu itu mulai antisipasi terhadap Belanda.

Kemudian setelah Panembahan Ibrahim Muhammad Tsafiudin ini wafat, maka semulanya pimpinan kerajaan akan diserahkan kepada Puteranya Gusti Muhammad Taufik, tetapi karena puteranya ini belum dewasa, maka kerajaan dipimpin sementara oleh Pangeran Ratu Suri kakak dari Gusti Muhammad Taufik sendiri.

Setelah beberapa tahun kemudian, Gusti Muhammad Taufik naik tahta pada tahun 1902 M dan kemudian bergelar Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin. Dua tahun 1944, Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin ini ditangkap oleh Jepang, bersama-sama Raja-raja daerah lainnya serta para Pemimpin Pemuka Masyarakat.

Kemudian 12 kepala Swapraja beserta tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang ditangkap Jepang yang akan memberontak terhadap rezim “Pemerintah Bala Bantuan Tentara Jepang” tersebut semuanya dihukum mati.
Korban pembunuhan Jepang pada waktu itu tidak kurang dari 21.037 orang. Dan sebagian dari pada korban tersebut dikuburkan di Mandor dalam semak belukar.

Beliau meninggalkan empat orang putera-puteri, yaitu Pangeran Mohammad yang sekarang dikenal dengan nama Drs. H. Jimmi Mohammad Ibrahim, kedua Pangeran Feitsal Taufik, Pangeran Abdullah dan Panggeran Taufikiah.
Pada masa kedudukan Jepang, dibentuklah Bestuur Komisi sebagai pengganti Raja yang diketuai oleh Pangeran Wiranata Kesuma (Tahun 1944-1946).

Sebelum pendaratan pasukan sekutu di Kalimantan Barat, Pangeran Mohammad yang baru berusia 13 tahun pernah diangkat sebagai tokoh (Panembahan) Mempawah oleh Pemerintah Bala Tentara Jepang dalam suatu upacara di depan Gedung Kerapatan.
Dan kemudian dilakukan upacara penobatan oleh tokoh-tokoh masyarakat, pada tahun1946 Belanda (NICA) datang kembali ke Mempawah dam mencoba mengangkat Panembahan (Raja) lagi.

Karena pada waktu itu Panembahan Pangeran Mohammad (Drs. Jimmi Mohammad Ibrahim) belum dewasa dan ingin melanjutkan sekolahnya, karena pada waktu itu baru duduk di kelas V SD (Jokio Ko Gakko), meskipun sudah pernah dinobatkan secara formil menjadi Panembahan, tetapi tidak bersedia diangkat kembali, maka diangkatlah Gusti Musta’an sebagai Raja sementara dengan gelar “Wakil Panembahan” sampai tahun 1957. Setelah Pangeran Mohammad dewasa, kemudian beliau menyatakan diri tidak bersedia diangkat sebagai Raja menggantikan ayahnya, dan masih tetap ingin melanjutkan sekolahnya di Perguruan Tinggi Gajah Mada di Yogyakarta.

Dan disinilah berakhirnya kepemimpinan kerajaan Mempawah, dan sejarah menunjukan bahwa Kerajaan Mempawah sejak berdiri hingga berakhir sudah mengalami perpindahan pusat Kerajaan sampai 5 (lima) kali. Daerah-daerah yang pernah ditempati sebagai pusat pemerintahannya adalah, Pengunungan Sidiniang, Pekana, Senggaok, Sebukit Rama, dan Mempawah.

Dan Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan ini dibagi atas 2 (dua) zaman, yaitu zaman Hindu dan Islam. Pada zaman Hindu Pemerintahan Kerajaan Dayak dalam kekuasaan Patih Gumantar pusat pemerintahannya terletak di Pegunungan Sidiniang, Raja Kudong pusat pemerintahannya terletak di Pekana (Karangan), Panembahan Senggaok pusat pemerintahannya terletak di Senggaok.

Sedangkan pada zaman Islam dipimpin oleh Opu Daeng Manambon bergelar Pangeran Mas Surya Negara, Gusti Jamiril bergelar Panembahan Adijaya Kesuma Jaya, Syarif Kasim bin Abdurrahman Alkadrie, Syarif Hussein bin Abdurrahman Alkadrie, Gusti Jati bergelar Sulthan Muhammad Zainal Abidin, Gusti Amir bergelar Panembahan Adinata Krama Umar Kamaruddin, Gusti Mukmin bergelar Panembahan Mukmin Natajaya Kesuma, Gusti Mahmud bergelar Panembahan Muda Mahmud Accamaddin, Gusti Usman bergelar Panembahan Usman, Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim Muhammad Tsafiuddin dan Gusti Taufik bergelar Panembahan Taufik Accamaddin.







Sile Baca Selengkapnye..

Rabu, 20 Februari 2008

Aksi Tatung Pukau Masyarakat Sungai Pinyuh


Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Sungai Pinyuh

Kebersamaan terasa menyatu, dimana berbagai etnis dan adat budaya menjadi satu dalam perayaan Festival Cap Goi Me di Kabupaten Pontianak, dipusatkan di Viara Tri Darma Bhakti Sungai Pinyuh, Rabu (20/2), kemarin. Dimana festival tersebut dihadirkan seni budaya Melayu, Jawa, Dayak. Sehingga memukau warga Sungai Pinyuh terutama etnis Thionghoa.

Festival Cap Go Me yang dibuka langsung Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, yang juga dihadiri kepala dinas instansi, muspida dan tokoh masyarakat dari berbagai etnis, semakin memukau warga setelah melihat tatung-tatung dengan jarum-jarum yang menusuk pipinya dan senjata tajam yang sama sekali tidak melukai kaki dan tubuhnya, apalagi ada tiga tatung wanita yang juga unjuk kemampuan yang semakin membuat para pengunjung enggan meninggalkan acara tersebut.

Serta pertunjukan Naga Sin Liung, naga terbesar dan terpanjang di Kecamatan Sungai Pinyuh dan atraksi burung merak semakin menarik perhatian anak-anak, bahkan banyak warga yang mengabadikan pertunjukan tersebut baik dengan kamera maupun HP mereka.

Arakan para tatung maupun naga yang mengelilingi Kota Sungai Pinyuh, sempat membuat macet jalan, sehingga para petugas kepolisian berusaha keras menertibkan pangguna jalan agar pengguna jalan bisa menjalankan kendaraannya dengan aman dan lancar.

Sebagai bentuk seni budaya dan tradisi yang patut dipertahankan, serta dikembangkan, Agus Salim, sangat mendukung kegiatan tersebut, apalagi dengan khazanah budaya bangsa ini dihartapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) terutama di sektor pariwisata. Apalagi melalui festival seperti ini, mampu menciptakan jalinan silaturahmi yang erat dari berbagai etnis sehingga semakin memperkokoh tali persaudaraan dan persatuan warga Kabupaten Pontianak.

“Selakuy Bupati Pontianak, saya sangat mendukung festival seni budaya ini, dnegan beragamnya seni budaya di Kabupaten Pontianak, diharapkan mampu menarik minat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun manca negara,” ucapnya.




Sile Baca Selengkapnye..

Senin, 18 Februari 2008

Peristiwa Robok-Robok


Mengenang Kedatangan Opu Daeng Manambon

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Robok-robok ini merupakan salah satu budaya Keraton Amantubillah Mempawah. Dan juga pada waktu bersamaan diadakan acara robok-robok masyarakat Melayu dan Bugis yang ada di Kuala Mempawah. Dan khusus masyarakat Kabupaten Pontianak seperti di Kecamatan Segedong, Kecamatan Kakap dan daerah lainnya. Dan acara robok-robok ini merupakan suatu upacara tahunan yang dilaksanakan penduduk Kabupaten Pontianak umumnya dan khususnya masyarakat Kuala Mempawah dan masuk kalender wisata. Dimana pada tahun ini acara robok-robok direncanakan mulai tanggal 5 Maret, yang dipusatkan di Pelabuhan Mempawah Terpadu.

“Acara robok-robok merupakan salah satu acara yang telah membudaya bagi masyarakat Kota Mempawah, khusunya kerabat Kraton Amantubillah Mempawah. Rangakian robok-robok ini biasanya didahului dengan ziarah ke Makam Opu Daeng Manambon, yang merupakan raja pertama Mempawah yang bergelar Pangeran Mas Surya Negara, setelah itu dirangkai dengan kegiatan lainnya berupa thalilan dan dilanjutkan makan bersama,” kata Penulis Sejarah Kerajaan Mempawah, Ellyas Soren, ditemui dikediamannya, Jalan Gusti Ibrahim Syafiuddin, Gang Berkjat I, No 58, Mempawah, Minggu (17/2), kemarin.

Lanjutnya lagi, diadakannya acara robok-robok tidak lain untuk mengenang acara peringatan kedatangan Opu Daeng Manambon pada waktu yang lalu. Dan setiap tahun acara tersebut juga selalu dihadiri pejabat tingkat I dan II, dan seluruh lapisan masyarakat Kota Mempawah dan lainnya. Dan disamping acara selamatan, robok-robok tersebut dapat menambah penghasilan masyarakat untuk berjualan, bahkan pedagang dari luar Kota Mempawah juga berdatangan untuk mengadu nasib berjualan dipusat kegiatan robok-robok

“Robok-robok juga merupakan kebiasaaan masyarakat di Kuala Mempawah, dengan datangnya bulan Syafar berarti masyarakat Kuala Memapwah dan sekitarnya sudah bersiap-siap mengadakan selamatan atau berdo’a tolak bala dengan makan-makan dipinggir laut atau di halaman rumah masing-masing. Acara ini sampai saat sekarang ini masih terpelihara dan selalu dijaga kelestariannya,” kata anggota Yayasan Penulis 66 Kalbar ini.

Dan menurut masyarakat setempat khususnya suku Melayu, Bugis dan Madura, bulan Syafar adalah bulan panas atau na’as, dan Allah SWT banyak menurunkan cobaan-cobaan. Dan secara kebetulan mungkin pada waktu itu ada kejadian bala’ yang menimpa sebagian kecil masyarakat maka berkenan dengan kepercayaan masyarakat setempat cenderung bulan Syafar adalah bulan yang na’as. Dan perayaan robok-robok ini, bukan saja terdapat di Kota Mempawah, namun seakan-akan merupakan tradisi nasional, bahkan di Malaysia juga ada hal serupa, dan orang Arab Jahiliyah juga sangat takut akan hari Rabu terakhir bulan Syafar.

“Seperti di Sumatera Barat, robok-robok disebut Basapa. Di daerah tersebut orang-orang pergi berziarah kemakam Syeikh Burhanuddin, karena orang disana menghubung-hubungkan bahwa Syeikh Burhanuddin penyebar Agama Islam disana, meninggal dunia diakhiri bulan Syafar, yang mungkin dikaitkan sama orang bahwa Opu Daeng Manambon juga meninggal dunia diakhir Syafar,” ungkapnya menecerikan kembali sejarah robok-robok yang pernah ditulisnya di buku yang berjudul Legenda dan cerita Rakyat Mempawah.

Sedangkan menurut latar belakang adanya robok-robok, ditinjau dari sifat-sifat kebudayaan masyarakat Kabupaten Pontianak khususnya Mempawah dan sekitarnya. Upacara robok-robok ini bersifat histories dan memiliki nilai sejarah karena peristiwa robok-robok merupakan peristiwa sangat penting untuk dikenang dalam sejarah Mempawah khususnya kerabat Keraton Amantubillah Mempawah, dimana asal mula mendaratnya Opu Daeng Manambon di Mempawah yang merupakan pendiri Kerajaan Mempawah.

“Acara robok-robok juga memilki nilai religiu, dimana dalam upacara robok-robok ini tentunya bersifat keagamaan khususnya agama Islam. Dimana dalam acara tersebut semua masyarakat memohon kepada Allah SWT, Tuhan Yang Esa untuk keselamatan dijauhkan dari bencana dan bersifat kepercayaan dan dari segi sosiolkultural peristiwa ini mempunyai nilai ekonomi yang dapat menarik kunjungan wisatawan baik Nusantara maupun Mancanegara,” ucapnya.


Sile Baca Selengkapnye..

Sabtu, 16 Februari 2008

Desa Bukit Batu Terima Dana APBD Provinsi Rp600 Juta

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah


Guna menampung aspirasi masyarakat terhadap pembangunan di satu daerah Anggota DPRD Provinsi Kalbar dari Partai Golkar, H. Anwar. S.Pd, dan Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, SH, MH, Jumat (15/2), kemarin, melaksanakan reses di Desa Bukit Batu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak. Rombongan disambut masyarakat, kepala desa dan Camat Sungai Kunyit di lokasi SDN 15 Bukit Batu.

Desa Bukit Batu yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang luas, sehingga dalam meningkatkan produksi dari kedua sektor tersebut. Desa Bukit Batu menerima dana realisasi proyek dari APBD Provinsi sebesar Rp600 juta untuk normalisasi perairan dan sungai.

“Tujuan tidak lain untuk meningkatkan sektor pertanian di desa ini yang termasuk lumbung padi bagi Kabupaten Pontianak dan Provinsi. Saya menyampaikan hal ini karena anggaran tersebut sudah diketuk palu, jika tidak ada realisasi maka masyarakat berhak mengajukan protes,” kata Anwar, di depan para masyarakat Desa Bukit Batu yang menyambut baik atas normalisasi perairan tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, masyarakat setempat juga menyampaikan aspirasi agar DPRD memberikan perhatian terhadap infrastruktur jalan yang rusak berat, serta bantuan kepada para masyarakat ekonomi lemah terutama bantuan untuk perbaikan rumah. ”Selain normalisasi sungai kami juga butuh perbaikan infrastruktur jalan, karena saat hujan jalan menjadi becek dan sulit dilewati, kalau musim panas pasti berdebu,” kata tokoh masyarakat Desa Bukit Batu, Jakarni, saat menyampaikan aspirasinya.

Aspirasi tersebut ditanggapi serius, Rahmad Satria. Dia menyarankan agar masyarakat memajukan permohonan perbaikan jalan kepada Pemerintah Kabupaten Pontianak, serta ke DPRD Kabupaten Pontianak. Di mana permohonan tersebut nantinya akan dipertimbangkan untuk dimasukkan di APBD 2009. “Untuk saat ini APBD 2008, sudah ketuk palu. Maka saran menyarankan agar warga memasukkan permohonan perbaikan jalan ke Bupati dan DPRD agar nanti kita usahakan masuk ke APBD 2009,” katanya.

Selain itu kedua anggota dewan dari Partai Golkar tersebut, juga menyerahkan bantuan peralatan majelis taklim, peralatan olahraga dan bantuan di Masjid Desa Bukit Batu tersebut.■



Sile Baca Selengkapnye..

PPP Belum Tentukan Balon Bupati Pontianak

*Ahmadi Usman, S. Ag

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Telah banyak kandidat bakal calon (Balon) Bupati Pontianak yang namanya mulai muncul di masyarakat untuk mengikuti Pilbup Bupati Pontianak 2008. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) masih belum menetapkan Balon Bupati yang akan diusung, namun PPP tetap membuka diri bagi para Balon untuk mendaftarkan diri menggunakan perahu PPP.

“Agenda dalam waktu dekat ini, yaitu melakukan persiapan pemindahan anggota DPRD dari PPP. Setelah itu kita akan melakukan Muscab pembentukan PAC Kabupaten Kubu Raya (KKR), untuk teman-teman di kabupaten induk yang pindah di Kabupaten Kubu Raya. Dan berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada meskipun pelaksanannya belum ada kepastian tetapi diperkirakan sekitar Agustus ini, untuk pemilihan kepala daerah ini kita tetap mengacu pada peraturan partai untuk mentukan Balon yang diusung,” kata Ketua DPW PPP Kalimantan Barat, Ahmadi Usman, S.Ag, dikonfirmasi saat menghadiri acara Harlah PPP Ke 35 di Sungai Pinyuh.

Maka sesuai prosedur dan petunjuk atas pelaksanaan Balon yang disukung, yang jelas cabang akan membuka pendaftaran bagi para Balon yang didukung melalui kegiatan rapat pimpinan cabang dengan dihadiri seluruh pengurus cabang, pimpinan, sampai ketingkat akar rumput yang diwakili oleh PAC.

“Disana akan kita buka panel terbuka yang mau mencalonkan diri jadi calon bupati tetapi harus sesuai dengan mekanisme yang berlaku, setelah Rapim itu dan sekian banyak calon yang diajukan maka DPC akan melakukan rapat berdasarkan aspirasi yang berkembang dan sesuai dengan keinginan masyarakat yang lebih luas dan kita juga akan melakukan semacam voting terhadap calon yang ada, sehingga kita dapat mengetahui calon-calon tersebut dapat diterima masyarakat,” katanya.

Atau melihat dari visi dan misi jelas untuk membangun Kabupaten Pontianak, baik dari segi kepemimpinan, moral, etika dan sebagainya. Setelah itu cabang akan menentukan dua nama yang dikirimkan di DPW dan DPW yang akan memilih dua nama tersebut dan nantinya dari satu nama itulah nanti usung bersama PPP.

“Sementara ini pembukaan calon belum diadakan karena kita masih konsentrasi dengan pemindahan rekan-rekan ke Kabupaten Kubu Raya dan kita akan membuka pembentukan cabang di Kubu Raya, karena masih merupakan tanggungjawab DPD induk yang ada sekarang ini,” ucapnya.

Selain itu dia juga berharap, pemilihan bupati bukan hanya sekedar menjadi ajang mencari kekuasaan, terpenting bagaimana mensejahterakan rakyat yang ada Di Kabupaten Pontianak ini dan memberikan pelayanan publik yang lebih cepat, mudah dan murah sehingga masyarakat benar-benar merasakan memiliki pemimpin yang dapat mengayomi.

“Saya bersyukur PPP ini sudah banyak yang melirik, apalagi kita PPP telah teruji dengan mengusung Hasan Karman dan Edi R Yacoub yang terpilih menjadi Walikota Singkawang,” katanya.


Sile Baca Selengkapnye..

Festival Cap Go Me dan Imlek 2559


Perayaan Imlek dan Cap Go Me

Wakil Gubernur Kalbar, Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM, membuka festival Cap Go Me dan Imlek di Kecamatan Sungai Pinyuh, berfoto bersama panitia dan Naga Sin Liung di Vihara Yayasan Tri Darma Bhakti Sungai Pinyuh.

Aset Budaya Yang Memiliki Potensi Pariwisata

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Sungai Pinyuh

Di halaman Vihara Yayasan Tri Darma Bhakti Sungai Pinyuh, ratusan masyarakat Sungai Pinyuh yang terdiri berbagai bagai macam etnis menjadi satu. Mereka ingin menyaksikan secara langsung pembukaan Festival Cap Go Me dan Imlek 2559 yang dihadiri Wakil Gubernur Kalbar, Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM, yang membuka langsung festival tersebut, dengan memotong kue keranjang raksasa dengan di dampingi Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, Ketua Majelis Adat Budaya Thionghoa (MABT), Erick Suseno Marito, SE, SH, MM, di Viara Tri Dharma Bhakti Sungai Pinyuh, Rabu (6/2), kemarin.

Sebelum dibukannya festival, terlebih dahulu kegiatan dirangkai dengan acara penyambutan tarian multi etnis, sebagai bentuk kebersamaan dan persatuan seluruh etnis di Kalbar. Menambah kemeriahan Panitia Cam Go Me dan Imlek, juga menggelar Pekan Raya Sungai Pinyuh, Festival Lagu Mandarin, serta setiap kediaman warga Thionghoa dihiasi dengan lampu lampion dan pernik-pernik imlek menambah keindahan dan kemeriahan menyabut Imlek 2559.

Dalam sambutannya, Christiandy Sanjaya, tidak lupa mengucapkan selamat tahun baru Imlek 2559 dan memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya dan jerih payah masyarakat Sungai Pinyuh dengan menghasilkan karya budaya Naga Sin Liung yang merupakan naga terpanjang dan terbesar di Sungai Pinyuh. Maka pemerintah selaku pengemban amanah pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi pemerintah berkewajiban memajukan kebudayaan nasional, menaruh respek dan penghargaan tinggi kepada semua pihak yang telah mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk memajukan kebudayaan daerah.

“Sejak adanya kebijakan restrukturisasi kewarganegaraan maka dilihat dari aspek kewarganegaraan budaya masyarakat Thionghoa Kalimantan Barat yang telah tumbuh, berkembang dan mengakar dalam kehidupan masyarakat sebagai konsekuensi logis dari proses asimilasi budaya yang sudah begitu lama secara turun-menurun otomatis memperkaya khazanah dan menjadi bagian integral dari budaya lokal dan nasional,” katanya disambut tepuk tangan para undangan dan pengujungan yang hadir.

Untuk itu, dia mengajak seluruh komponen masyarakat Kalbar, khususnya Kabupaten Pontianak, agar senantiasa memberikan perhatian dan terus-menerus menggali, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang ada guna pembentukan karakter dan jati diri bangsa menuju masyarakat yang bermartabat serta sejahtera lahir dan batin. Maka sejalan dengan undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan yang intinya berisikan kesamaan hak dan derajat bagi setiap warga negara Indonesia di dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan budaya yang dianutnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. pemerintah senantiasa konsisten mendorong dan mendukung setiap upaya kreatif dan inovatif dalam pengembangan potensi kebudayaan.

“Pengembangan dibidang kebudayaan mempunyai arti yang sangat penting dan strategis dalam rangka pembentukan kepribadian yang tangguh sepanjang kita mampu berkreasi dan mengaktualisasikan serta belajar dari nilai-nilai positif budaya orang lain untuk memperkokoh budaya sendiri sebagai pedoman dan pandangan hidup, hal tersebut baru dapat dilakukan apabila kita tidak bersikap apriority dan menutup diri dari budaya etnis lain. Dalam budaya Thionghoa ada beberapa nilai kearifan dan luhur bersifat universal yang sangat menarik untuk diadaptasi diantaranya ada pendidikan dan tiada ada perbedaan,” tuturnya.

Maka dengan nilai kearifan yang sangat relevan dalam upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan serta sejalan dengan salah satu visi pemerintah Propinsi Kalbar yaitu pengembangan kehidupan sosial masyarakat yang toleransi, berbudaya, agamis dan memperkuat kedudukan masyarakat adat. Dan sejalan dengan itu pembangunan dibidang kebudayaan sangat potensial untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri pariwisata.

“Sebagai aset budaya yang beragam Kalbar mempunyai potensi untuk mengembangkan industri pariwisata berbasis budaya. Guna mencapai harapan tersebut kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama berfikir dan berkerja lebih keras lagi untuk mengemas potensi wisata budaya yang mampu menarik para wisatawan dan mudah-mudahan hasil karya Naga Si Liung dapat menumbuhkan motivasi, tekad dan semangat untuk lebih memajukan budaya dan pariwisata Kalbar,” katanya.

Sedangan Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, meniulai festival Cap Go Me dan Imlek, merupakan, khazanah budaya milik Kabupaten Pontianak yang juga terus dikembangkan, lebih-lebih dalam rangkaian kita mempersiapkan Kabupaten Pontianak dalam kunjungan wisata. Apalagi dengan didukung berbagai kegiatan budaya lainnya seperti Naik Dango dan Robo-Robo yang memiliki nilai histories dan budaya yang sangat tinggi.

“Dalam rangka meningkatkan pariwisata di Kabupaten Pontianak. Saya bersyukur pariwisata dari tahun ketahun semakin meningkat terutama di tahun 2008. Dimana berkat kebersamaan, persatuan dan kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan. Khazanah budaya Kabupaten Pontianak harus ditingkatkan dan kita kembangkan bersama-sama. Dan saya nilai perayaan Cap Go Me dan Imlek ini lebih semarak dari tahun-tahun sebelumnya, dan ini akan kita pertahankan dan menjadi event pariwisata Kabupaten Pontianak,” katanya.




Sile Baca Selengkapnye..

Korupsi Harus Diberantas Sejak Dini

Kesepakatan
Kajati Kalbar, H. Salamoenm Hadisapuro, SH, MH, beserta Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM dan Ketua Karang Taruna Tingkat Nasional, Drs. Dody Susanto, menandatangi prasasti berdirinya kantin kejujuran di tiga sekolah di Kabupaten Pontianak.

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Komitemen pemerintah dalam pemberantasan korupsi dengan mencanangkan aksi Gerakan Langsung Anti Korupsi Sejak Usia Dini (Galaksi). Dibuktikan dengan berdirinya kantin kejujuran sebagai wadah melatih sifat jujur setiap warga negara yang diharapkan mampu memberantas penyakit korupsi yang ada di Indoneisa.

Pencanangan Galaksi yang bertepatan dengan Hut Hari Kesadaran Nasional yang dilaksanakan di Halaman Kantor Bupati Pontianak, Kamis (17/1), kemarin, yang dihadiri Kajati Kalbar, selaku inspektur upacara, H. Salamoenm Hadisapuro, SH, MH, dengan didampingi Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, Ketua Karang Taruna Tingkat Nasional, Drs. Dody Susanto, Direktur Sosopol Pada Jam Intel Kajang, Abas Azhari, SH, MH, serta kepala dinas instansi, muspida, organisasi karang taruna dan ratusan pelajar yang menjadi peserta upacara.

Dimana Ketua Karang Taruna Tingkat Nasional, Drs. Dody Susanto yang kendatangan disambut tari daerah Kabupaten Pontianak, dalam sambutannya mengatakan, Galaksi dengan mendirikan kantin kejujuran yang dimotori organisasi karang taruna suatu bentuk untuk memberikan keyakinan bahwa Bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang membudayakan sifat korupsi.

“Kita harus percaya tradisi nenek moyang kita bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang murah hati yang tidak membudayakan sifat korupsi. Dan kita bersepakat bersetuju bahwa korupsi merupkan virus ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu korupsi yang merupakan virus harus diberantas dan dibasmi dari bumi tercintai ini,” katanya.

Maka melalui berdirinya kantin kejujuran, diharapkan adanya tindakan sungguh-sungguh dari semua pihak terutama Kabupaten Pontianak untuk menimbulkan kesadaran dalam diri sendiri terutama dikalangan generasi muda, sehingga di Kalbar akan lahir tunas-tunas bangsa yang mampu menjaga kemuliaan harkat dan martabat Bangsa Indonesia dalam tata pergaulan internasional. Sekaligus mempersiapkan diri menjadi manusia yang tangguh dan bertanggung jawab dalam memikul amanah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Sehingga mempercepat terwujudnya kemakmuran dalam keadilan, keadilan dalam kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan negara..

“Dari hati yang paling dalam, atas nama organisasi saya mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada Kejati Kalbar, berserta segenap kepala kejaksaan kabupaten dan kota, Bupati Pontianak, Muspida,Ppengadilan Negeri Kabupaten Pontianak yang memberikan sport dan dukungan moril kepada tunas-tunas bangsa Kabupaten Pontianak untuk memulai tradisi kebangsaan yang mulai dengan mencanangkan program Galaksi dengan kantin kejujuran untuk memulai kesadaran kolektif menyusun agenda penguatan kerakter anak bangsa dan memberikan semangat kepada semua pihak untuk mengisi kemerdekaan untuk menutaskan cita-cita proklamasi, salah satunya mengembangkan watak jujur dikalangan generasi muda,”ungkapnya.

Sedangkan Kajati Kalbar, H. Salamoenm Hadisapuro, SH, MH, atas diparkarsainya program Galaksi dengan kantin kejujuran, menilai merupakan upaya perepentif generasi muda terutama karang taruna untuk mengikut sertakan masyarakat dalam menegakkan somasi hukum yang bersifat positif. Dimana diharapkan seluruh komponen masyarakat khususnya generasi muda untuk turut serta dalam mengurangi pelanggaran hukum terutama pemberantasan korupsi sejak dini.

“Kegiatan ini merupakan tidak lanjut dari MoU antar Kejati Kalbar Bupati Pontianak, Nomor : P 36/Q.1/01/ 2008 dan Nomor : 180/004/HK, tentang pembinaan masyarakat taat hukum. Dimana kerjasama ini merupakan upaya positif untuk mengikutsertakan masyarakat melakukan penegakan hukum. Melalui nilai-nilai kejujuran, terkait nilai kejujuran salah satu bentuknya yaitu berdirinya kantin kejujuran yang diselenggarakan organisasi karang taruna ini,” ucapnya.

Kantin kejujuran yang merupakan kantin dengan proses jual beli berdasarkan kejujuran k yang artinya seseorang menjadi penjual dan pembeli dengan membayar sendiri, mengambil barang sediri dan mengembalikan kembalikan dilakukan sendiri dalam transaksi jual beli. Dan selaku Kajati Kalbar, dia merasa sangat bangga atas kerjasama peningkatan kesadaran hukum melalui program pembinaan masyarakat taat hukum melalui karang taruna yang beranggotakan generasi muda

“Dimana kita sebagai penjual dan pembeli tanpa ada yang mengontrol dan berkeyakinan Tuhan yang akan mengawasi kita, dimana pertanggungjawabannya hanya diakhirat nanti. Dan melalui karang taruna yang beranggota kan genarsi muda, dimana generasi muda merupakan tulang punggung bangsa, masa depan bangsa dan negara. Karena di pundak pemudalah potensi dan cita-cita bangsa dapat terwujud, maka tanggung jawab pemuda bagi bangsa sangatlah berat. Dan pendidikan kejujuran terhadap generasi muda perlu ditanamkan sejak dini, disamping ketauladanan orang tua dan seluruh elemen masyarakat yang memegang peran strategis dalam menamkan nilai-nilai kejujuran,” jelasnya.

Dan dalam pasal 31 UUD RI 1945, juga dijelaskan dimana Negara menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Dimana hal tersebut tidak saja bertujuan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga sebagai wujud meningkat keimanan , ketakwaan dan ahlak mulia maka dengan kerjasama yang dibangun melalui kantin kejujuran, diharapkan karang taruna menjadi contoh untuk menyadarkan masyarakat agar taat pada hukum. Maka meningkatnya kesadaran nilai-nilai kebaikan termasuk kejujuran merupakan bentuk kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin baik, oleh karena itu barameter keberhasilan kerjasama ini, dpat dirasakan seluruh masyarakat melalui program kantin kejujuran.


“Nilai kejujura dapat dijadikan sikap hidup dan perilaku setiap hari yang dapat dilatih dengan program kantin kejujuran. Kareaa saat ini Bangsa Indosnesia menghadapi bahaya kejahatan korupsi yang dipandang banyak orang. Dimana perbuatan korupsi dinilai telah membudaya, selain dipakai untuk menujukan perbuatan busuk, juga menyebabkan ketidak jujuran seseorang terutama dalam bidang keuangan. Dan bagi kaum moralis menilai watak tidak jujur merupakan satu perbuatan korupsi maka secara prepentif usaha-usah membuat orang berwatak jujur perlu didukung yang merupakan suatu betuk pemberantasan tidak pidana korupsi,” ujarnya.

Selesai upacara, Kajati Kalbar, H. Salamoenm Hadisapuro, SH, MH, beserta Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM dan Ketua Karang Taruna Tingkat Nasional, Drs. Dody Susanto, menandatangi prasasti berdirinya kantin kejujuran di tiga sekolah di Kabupaten Pontianak, SMA N 02 Mempawah, SMK N 01 Mempawah dan SMK Panca Karsa Sungai Pinyuh. Setelah itu dilanjutkan lagi peninjauan kantin kejujuran di tiga sekolah tersebut, serta kantin kejujuran karang taruna Kabupaten Pontianak yang terletak di depan tugu Pak Tani Mempawah.



Sile Baca Selengkapnye..

Syukuran Tanam Padi Perdana Di Desa SBBL

Syukuran
Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, menghadiri acara syukuran tanam padi perdana di Desa Bakau Besar Laut.

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Tradisi mengadakan acara tolak bala di lokasi persawahan untuk penaman padi perdana di Desa Sungai Bakau Besar Laut rutin dilakukan setiap musim tanam tiba. Namun tahun 2008 terasa begitu sangat spesial bagi para petani karena dihadiri oleh Bapak Bupati Potianak, Drs. H. Agus salim, MM, didampingi Camat Sungai Pinyuh, Gusti Hadriyani, S.Sos, dan Kabid Kebersihan Pekerjaan Umum Kabupaten Pontianak, H. Ibrahim Tahir di pematang lahan persawahan, Jumat (11/1), kemarin.


Kedatangan tokoh-tokoh Kabupaten Pontianak tersebut sangat membuat masyarakat begitu dekat dengan pemimpin Kabupaten Pontianak tersebut, selain itu juga acara diiringi dengan pembacaan doa untuk menghindari musibah supaya dari bencana alam dan serangan hama terhadap tanaman padi. Kegiatan juga dilanjutkan acara makan-makan bersama pulut kuning, ayam panggang, kue apam dan makanan yang menjadi ciri khas adat-istiadat acara seperti ketupat.

Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, dalam pertemuan tersebut, mengatakan, penyemaian, penanaman padi secara serentak merupakan kegiatan postif karena dengan melakukan tanam bersama segala jenis hama padi dapat diatasi seperti hama tikus, hama pipit dan jenis hama lainnya. Dan pemerintah Kabupaten Pontianak juga menerima permohonan mesin perontok padi dari masyarakat untuk menjaga kualitas padi tetap baik.

“Dengan syukuran tolak bala ini, semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita sehingga produksi padi semakin meningkat dan minimal harga padi tahun 2008 ini juga semakin meningkat sehingga ibu dan bapak petani tidak lagi hanya menanam cukup untuk makan, tetapi hasilnya bisa membiayai hidup sehari-hari dan membiayai anak untuk sekolah dan kehidupan petani mengalami peningkatan menjadi sasaran Pemerintah Kabupaten Pontianak untuk pembangunan ekonomi Kabupaten Pontianak,” ucapnya.

Sedangkan PPL Sungai Bakau Besar Laut, Ir. Agus Purwono, dikonfirmasi, hasil panen petani Desa Bakau Besar Laut terus meningkat dimana hasil panen dari 175 hekter sawah, setiap satu hekter mampu meproduksi3,5- 4 ton padi. Namun masih ditemukan berapa permasalahan yang dihadapi petani masih kurang kompaknya petani dalam penyemaian dan penanaman padi sehingga waktu panen tidak serempak, tingginya serangan hama seperti tikus, keong mas, lahan pertanian cukup pontensial tetapi perlu diwaspadai pada musim kering kareana masuknya air asin yang menyebabakan kerusakan bangunan irigasi dan saluran dam masih kurangnya alat perontok padi (Power Threser).

“Alhamdullilah, hasil panen musim ini sangat meningkat tidak ada petani yang tidak berhasil dan kita berharap petani terus mengelolah sawahnya dengan baik, palagi di Desa Sungai Bakau Besar Laut ini potensi bangunan lahan cukup luas, harga jual padi cukup tinggi 1kg bisa mencapai Rp 2800 dan akses pasar relatif mudah dan terbuka dan sumber daya petugas penyuluh yang siap memberikan pelayanan bagi para petani,” ucapnya.


Sile Baca Selengkapnye..

Pulau Temajo Secara Nasional dan Internasional

Kunjungan
Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, beserta Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, SH, MH, mengunjungi objek wisata Pulau Temajo dalam rangka HUT ORARI Daerah Kalbar Ke-36


Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Suasana akrab dan gembira terpancar dari wajah-wajah anggota ORARI se-Kalbar. Mereka berkumpul mendatangi kediaman Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, Jumat pagi (14/12), kemari, untuk menuju objek wisata Pulau Temajo yang menjadi pusat merayakan HUT ORARI Daerah Kalbar ke 36.

Setelah berkumpul, bus DPRD Kabupaten Pontianak dan Pemda Kabupaten Pontianak yang stanby dari pagi, untuk mengantar para anggota ORARI ke Desa Kelapa Empat tempat Kapal Wisata Temajo yang akan membawa para anggota ORARI ke Pulau Temajo.

“Hari ini tidak seluruh peserta datang, besok juga ada yang menyusul yang sama rombongan Bupati Pontianak yang akan membuka langsung acara,” kata Ketua ORARI Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, sebelum keberangkatan, dan kegiatan tersebut juga dihadiri Ketua ORARI Daerah Kalbar, Ir. Herry heryono.

Dua bus yang dipenuhi para anggota ORARI perlahan meninggalkan rumah kediaman Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, menuju ke Kelapa Empat. Saya berada di bus DPRD Kabupaten Pontianak, di sana jug ada wartawan media cetak lainnya. Di dalam bus terlihat peralatan ORARI seperti antena dan HT yang selalu digenggam para anggota ORARI. Di dalam bus saya duduk di bangku belakang bersama anggota ORARI berasal dari Kecamatan Kubu. Namanya Djambi, mengaku bergabung dengan ORARI sejak tahun 1990.

“Di Kubu sebelum ada Hp, HT ini sangat besar manfaatnya karena kita dapat berkomunikasi dengan teman-teman di daerah luar. Menginformasikan keadaan di Kecamatan Kubu, bahan sebagai alat koordiansi menyelesaikan tugas kantor dan meninformasikan jika ada sanak keluarga yang meninggal, pokonta manfaat sosialnya cukup tinggi,” kata PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Pontianak ini.

Sesampai di Kelapa Empat, Kapal Wisata Temajo belum ada, hanya perahu karet tim SAR yangterlihat. Dan di sether juga telah menunggu kru orgen tunggal beserta peralatan elektroniknya yang siap menghibur para aggota ORARI di Pulau Temajo. Menunggu kedatangan Kapal Wisata Temajo kami menikmati makanan yang berada warung Kelapa Empat.

Dan berapa orang anggota ORARI menghubungi kru Kapal Wisata Temajo melalui HT, dan informasi yang di dapat, mereka akan tiba satau jam lagi karena masih dalam perjalanan menuju ke Kelapa Empat.

“Kapal sudah berangkat dari dermaga Kuala Mempawah pukul 05.00 tadi. Sebenarnya jam 07.00 susah sampai namun mereka terkendala air surut,” kata Rahmad Satria kepada para anggota ORARI.

Tak berapa lama, dari kejahuan Kapal Wisata Temajo mulai terlihat dan mendekati Demaga Kelapa Empat dan para anggota ORARI, kru oregn tunggal dan wartawan media cetak dan elektronik segera mempersiapkan bawaannya. Mendekati sether Kapal Wisata Temajo tidak bisa merapat sehingga memerlukan bantuan perahu karet tim SAR untuk mengambil anggota ORARI yang berada di sether. Selain itu sekoci Kapal Wisata Temajo juga diturunkan akan mengakut seluruh peserta ke Kapal Wisata Temajo. Setelah semua anggota ORARI barang bawaan diangkut, sekitar pukul 09.30. Kapal Wisata Temajo bergerak menuju ke Pulau Temajo.

Dalam perjalanan gugusan pulau-pulau dan keindahan alam dan panorama laut yang indah memakau para anggota ORARI sehingga banyak yang mengabadikan kenangan tersebut melalu kamera. Sekitar 45 menit perjalanan, Kapal Wisata Temajo sampai ke Pulau Temajo di teluk Pantai Paku yang memiliki panorama alam yang indah. Di teluk Paku kita juga bisa menikmati kegiatan nelayan yang melaut, serta dari kejauhan terlihat pulau-pulau kecil seperti Pulau Datuk, pulau Pendamar dan pulau Setinjang, air laut yang jernih, batu-batu besar yang menghiasi pinggiran pantai dan suara demburan ombak, bahkan ada batu mirip kodok menghadap kelaut yang disebut warga setempat batu kodok. Dan kolam pembilasan yang airnya berasal dari air agung yang letaknya di tepi pantai seakan memanjakan para pengunjung untuk merendam dirinya di kolam tersebut.

Untuk menginjakan kaki ke Teluk Paku, kami kembali dibantu perahu karet tim SAR dan sebuah perahu nelayan karena Kapal Wisata Temajo tidak berani merapat ke pulau karena dikwhatirkan kandas dan merusak motor.


Keindahan Teluk Paku membuat anggota ORARI maupun pengunjung lainnya merasakan ketenangan dan merupakan tempat yang tepat untuk melepaskan kepenatan. Sesamapi di Teluk Paku, anggota ORARI terlihat sibuk memasang peralatan Htnya tetapi kesibukan tersebut tidak berlangsung lama, karena para anggota ORARI berserta pengujung lainnya bersipa untuk melaksanakan shalat Jumat di Mushola yang telah di sediakan pengelolah bagi para pengunjung untuk melaksanakan ibadah shalatnya.

“Ini merupakan shalat Jumat yang pertama kali di mushola ini,” Kabid Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Pontianak, H. Ibrahim Tahir, yang juga hadir di sana.

Malam harinya, para anggota ORARI berkumpul di pendpo tepi pantai Teluk Paku disana para panitia dan anggota ORARI saling berembuk untuk memulai kegiatan dan perlombaan dalam rangka HUT ORARI ke 36 tersebut. Malam pertama tersebut para pengunjung dan anggota ORARI dihibur orgen tunggal dengan lagu-lagu gembira, apalagi didukung presenter kocak, Buyung yang sangat menghibur. Bahkan tidak ketinggalan Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, Rahmad Satria, selaku ketua pelaksana berjoget bersama para pengunjung dan anggota ORARI sehingga rasa persaudaraan semakin terasa kuat. Bahkan segala bergantian mereka membawakan lagu kesenangan mereka.

“Segala tindakan akan berhasil, jika pikiran dan perasaan diajak bekerjasama. Mari kita satukan pikiran dan perasaan sehingga apa yang dilaksanakan dapat berjalan dan tujuan kita akan tercapai,” kata legislator Partai Gokar tersebut dnegan diiringi alunan lagu.

Karena esoknya masih banyak program yang dilaksanakan, pukul 11.00, para pengujung dan anggota ORARI mulai membubarkan diri untuk istirahat, namun ada juga masih bertahan saling bercengkrama di kursi santai yang disediakan pengelolah.

Sabtu Pagi (15/12), hembusan angin pagi, terlihat para seksi konsumsi telah mensiapkan makanan di meja pendopo pantai untuk para pengunjung dan anggota ORARI yang akan akan mengikuti rangkaian kegiatan. Selesai makanan para anggota ORARI terlihat sibuk memegang HT masing- masing untuk memepersiapkan diri mengikuti perlombaan Walking Fox Hunting (mencari sinyal gelap) dan Eye Ball QSQ. Dan menuggu kedatangan Bupati Pontianak, Drs. H. Agus Salim, MM, untuk membuka acara HUT ORARI ke 36 tersebut.

Sekitar pukul 08.30, terlihat sebuah speed boad dengan kecepatan tinggi mendekati Teluk Paku, melalui media HT diketahui bahwa speed boad tersebut membawa rombongan Bupati Pontianak, sampai di Teluk Paku rombongan Bupati Pontianak yang juiga hadir Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pontianak. Ir. M. Said dan Kabag Bina Mitra Polrs Pontianak, AKP Nurwignyo, SH,Kabagdisambut Ketua Pelaksana dan Ketua ORARI Daerah Kalbar langsung menuju ke pendopo Teluk Paku.

Dalam acara pembukaan tersebut, sebagai Ketua Pelaksana, H. Rahmad Satria dalam sambutannya, mengatakan, undang-undang ORARI telah mengatur bagaimana teknisnya untuk mendapatkan frekwensi-frekwensi yang digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki izin tidak memiliki kapasitas untuk memperoleh frewensi itu. Frekwensi dalam radio sudah diatur dimana wilayah untuk digunakan ORARI maupun RAPI maupun radio-radio lainnya.

“Salah satu kwalifikasi menjadi seorang amatir harus pandai untuk melakukan Fox Haunting untuk mencari sinyal itu sehingga bisa lebih tepat sasaran dan tepat guna disamping bisa berkomunikasi dengan baik tetapi radio amatirnya juga harus lebih bisa dan mampu untuk berkomunikasi,” katanya.


HUT ORARI ini juga bisa terakses baik secara nasional maupun secara internasional ada beberapa kegiatan yang melibatkan seluruh anggota ORARI yang berada di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan menggunakan frekuensi 2 MB, 40 MB, dan 80 MB sehingga kegiatan bisa terakses dan kegiatan juga banyak mendapat ucapan lewat selamat dari anggota ORARI Se-Kalbar yang tidak dapat hadir bahkan dari seluruh provinsi di Indonesia dan Internasional. Selain itu kegiatan tersebut juga untuk mempersiapkan diri untuk even nasional dan internasional dalam kegiatan Old Borneo yang ke-6 yang akan dipusatkan di Kalimantan Barat, diikuti Pronvinsi yang ada di Pulau Kalimantan, Brunai dan Malaysia.

“Kegiatan ini kami beri tema dengan semangat hari ulang tahun ORARI Daerah Kalimantan Barat ke 36 kita tingkatkan silaturrahmi dan persaudaraan antar sesama anggota amatir dalam menuju globalisasi teknologi informasi tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan tali silahturahmi antar sesama anggota, membantu pemerintah daerah mempromosikan tempat wisata bahari Pulau Temajo,” katanya.

Sedangkan Agus Salim, menilai, HUT ORARI yang dilaksanakan di Pulau Temajo, merupakan suatu hal positif yang sangat perlu didukung karena telah mempromosikan ojek wisata Pulau Temajo.

“Pulau Temajo ini di dalam kebijakan Pemerintah Kabupaten Pontianak memang sudah ditetapkan sebagai salah satu objek wisata alam dan kami sudah menyusun paket pariwisata Kabupaten Pontianak antara lain kunjungannya Pulau Temajo ini, maka dengan adanya ORARI melaksanakan kegiatan, informasi objek wisata Pulau Temajo dapat dikenal di tingkat nasional maupun internasional, ” katanya.

Mengenai ORARI dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi, masyarakat lebih banyak menggunakan Hp, namun Hp memiliki kelemahaan apabila disuatu daerah mengalami bencana dan tiang pemancar mengalami gangguan maka Hp tidak dapat di fugsikan tetapi HT dilokasi bencana merupakan alat komunikasi yang penting.

“HT memiliki peran penting baik di udara, laut maupun darat kareana melalui HT komunikasi dapat berjalan lancar walaupun saat ini sudah penggemar ORARI agak menurun,” katanya.

Setelah acara pembukaan Bupati juga memantau stasion mini yang dibuat anggota ORARI yang mampu berkomuniaksi sampai ke luar negeri, mengunjungi para nelayan serta mengisi waktu makan siang dengan bernyanyi dan berjoget gembira bersama anggota ORARI dan pengunjung sebelum kembali ke Mempawah.







Sile Baca Selengkapnye..

Generasi Muda Harus Menjadi Pelaku Sejarah


*H. Rahmad Satria, SH, MH

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah


Bangsa yang besar merupakan bangsa yang menghargai sejarah dan jasa-jasa para pahlawan. Suatu bangsa akan menjadi kecil dan kerdil jika tidak menghargai jasa-jasa para pejuang yang telah merelakan harta dan jiwanya dalam merebut kemerdekaan ini. Melalui momen Hari Pahlawan, 10 November, nanti, generasi muda dapat menjadi pelaku sejarah bukan penonton.

“Jasa para pahlawan perlu kita hargai selain itu dan termasuk menghargai semua budaya yang ada, termasuk hubungan silaturahmi, rasa persatuan dan kesatuan sehingga tidak terjadi perpecahan di mana telah diperjuangkan para Pahlawan terdahulu dalam merebut Negara Kesatuan Republik Indonesia dari penjajah,” kata H Rahmd Satria SH MH.
Ketua DPRD ini mengatakan, dengan hari pahlawan mari kita tingkatkan kesadaran nasionalisme, mencintai dan menghormati para pejuang sehingga kita tidak dikatakan orang yang lupa sejarah.

Oleh karena itu, generasi muda harus bisa menjadi pelaku sejarah bukan menjadi penonton atau pembaca sejarah. Terpenting menjadi pelaku sejarah dengan membuat catatan emas dengan berprestasi di segala bidang baik olahraga, kesenian, ekonomi dan sosial politik untuk mengisi kemerdekaan ini.

“Kita mengangkat sejarah dengan memberikan prestasi terbaik jangan hanya menjadi penonton, membaca buku tapi tidak ada tindakan yang menunjukkan kita sebagai pelaku sejarah. Dimana seorang pelaku sejarah bisa membuat suatu terobosan yang baru dan yang penting bisa berprestasi di bidang sosial dan ilmiah untuk melanjutkan jasa-jasa para pejuang,” katanya.

Momen pesta demokrasi bagi masyarakat Kalbar saat ini yang juga bertepatan di Hari Pahlawan, maka sebagai generasi muda harus bisa menunjukkan semangat kepahlawanan dengan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan sehingga tidak terjadi perpecahan akibat mendukung salah satu kandidat.

“Dalam Pilkada Gubernur ini bertepatan hari pahlawan ini mari kita tunjukkan semangat kepahlawanan jangan sampai kita terpecah-belah oleh ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab, apalagi hanya memilih satu orang pemimpin Kalbar. Siapapun gubernur terpilih harus kita dukung bersama sepanjang dilakukan sesuai dengan proses demokrasi dan hukum yang berlaku,” katanya.

Selain itu, dia menilai semangat kepahlawanan masyarakat sangat kurang maka dari itu diperlukannya dorong pemerintah untuk memberikan motivasi sehingga jiwa kepahlawanan jangan sampai tenggelam.

“Pemerintah harus bisa mendorong masyarakat untuk mencintai semangat kepahlawanan contohnya dengan memasang bendera merah putih dalam menyambut hari pahlawan sehingga nilai juang, cinta tanah air dan rela berkorban bisa tertanam dalam tubuh masyarakat maka pemerintah harus bisa memotivasi masyarakat yang kadang kala disibukkan oleh aktivitas sehari-hari sehingga semangat jiwa kepahlawanan seakan tenggelam,” ujarnya.□

Sile Baca Selengkapnye..

Tahun 2008, Segedong Dapat Kucuran Dana Rp 4,8 M




Musrenbang
Dalam rangka memperoleh masukan dari masyarakat desa, Kecamatan Segedong. Kecamatan Segedong melaksanakan Musrenbang tingkat kecamatan.


Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) merupakan forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk memperoleh masukan-masukan yang merupakan kegiatan prioritas dari desa dan kelurahan. Serta menyepakati kegiatan lintas desa dan kelurahan di kecamatan sebagai dasar penyusunan Renja Kecamatan dan Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten (SKPD) di Kecamatan.

Maka untuk mensikronisasikan hasil perencanaan tersebut, Kamis (14/2), kemarin, Kecamatan Segedong yang mendapatkan dana realisasi proyek Rp4.872.463 miliar untuk tahun 2008, melaksanakan Musrenbang tingkat kecamatan di Kantor Kecamatan Segedong. Dalam pertemuan tersebut hadir Camat Segedong, Drs. Herman, M.Si, Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, Drs. H. Rahmad Satria, SH, MH, serta dari Bappeda, Yusri, SE, M.Si, Kapolsek Segedong, dan seluruh stakeholder kecamatan.

“Diharapkan dari Musrenbang kecamatan ini, dapat menghasilkan usulan kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan yang dibiayai dari dana APBD, APBD Provinsi, dan APBN yang betul-betul berdasarkan pertimbangan dan pengkajian yang mendalam. Juga membuat usulan prioritas kegiatan yang dibiayai dari dana dan kegiatan yang bersumber dana swadaya desa,” kata Yusri, yang mewakili Kepala Bappeda Kabupaten Pontianak, Drs. H. Suhardi Syakim, M.Si.

Usulan kegiatan tersebut merupakan hasil kesepakatan serta memaduserasikan antara usulan SKPD Kabupaten Pontianak yang akan dibahas pada Musrenbang Kabupaten yang direncanakan dilaksanakan Maret 2008 ini. Selanjutnya usulan tersebut juga akan disosialisasikan kepada masing-masing desa dan kelurahan oleh para wakilnya yang mengikuti Musrenbang Kecamatan agar tidak menjadi tumpang tindih pengusulan rencana pembangunan yang dikhawatirkan mekanisme perencanaan yang telah disusun menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, dia berharap seluruh stakeholder kecamatan dapat membuat usulan program pembangunan yang betul-betul prioritas sesuai situasi dan kondisi daerah masing-masing yang diperkirakan dapat menimbulkan efek membangkitkan ekonomi yang lebih besar.

“Disadari bahwa setiap daerah sangat memerlukan sentuhan pembangunan, namun perlu untuk diketahui pula bahwa dana untuk pembangunan sangatlah terbatas. Untuk tahun 2008 dari dana Rp761.251 miliar dana APBD Kabupaten Pontianak, sekitar 56,9 persen untuk belanja operasional pegawai berjumlah 9 ribu lebih orang sehingga dana pembangunan hanya 43,1 persen,” katanya.

Sedangkan Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, SH, MH, menjelaskan, Musrenbang terlebih dahulu dilaksanakan di desa dan luar baru tingkat kecamatan, setelah itu baru naik ke Musrenbang Kabupaten. Musrenbang tingkat kecamatan perlu dilaksanakan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

“Sebenarnya Musrenbang dari desa dan kecamatan peran DPRD belum begitu nampak artinya dalam kapasitasnya belum bisa campur terlalu banyak sampai ke RKPD dan Musrenbang Kabupaten, kemudian sampai membuat RKPD juga belum campur. DPRD boleh campur ketika membahas kebijakan umum anggaran (KUA). KUA inilah yang naik ke DPRD kemudian DPRD yang mengesahkan,” katanya.

Jalur Musrenbang ada melalui eksekutif, sedangkan jalur legislatif melalui rises, sehingga dua-duanya dapat menjaring aspirasi masyarakat. Musrenbang itu melewati struktural yakni melalui pemerintahan sedangkan rises yaitu melalui anggota dewan, di mana anggota dewan dijadwalkan untuk melakukan rises menjaring aspirasi masyarakat sampai ke desa-desa yang mana menjadi pusat pembangunan, kemudian dimasukkanlah di dalam KUA.

“Di KUA, anggota DPRD atau panitia anggaran mempunyai hak untuk mengajukan aspirasinya, kemudian pemerintah daerah juga eksekutif memberikan masukan sehingga pertemuan di sanalah menjadi kebijakan umum APBD dari kebijakan umum KUA maka dibuatlah nama prioritas pembangunan anggaran sementara (PPAS) KUA itu cukup banyak, mungkin yang diusulkan melalui Musrenbang dan masuk yang tertuang melalui RKPD kemudian dimasukkan dalam KUA, sedangkan dananya terbatas sehingga dibuatlah PPAS dan dibuat panitia anggaran DPRD,” katanya.

Lanjutnya lagi melalui Musrenbang, aspirasi-aspirasi masyarakat yang memiliki alasan-alasan jelas dan mendasar dalam hal membuat suatu APBD atau anggaran yang mana harus diprioritaskan, maka dari PPAS nanti menjadi Rencana Anggaran Belanja Pembangunan Daerah (RABPD).

“RABPD kita sekarang sudah jadi APBD. Sejak 6 Desember lalu. Dan sudah disahkan APBD anggaran 2008 dan telah ditandatangani oleh DPRD. Apabila APBD itu belum ditandatangani dan belum disahkan oleh DPRD maka APBD itu belum bisa cair dan belum bisa dilaksanakan dan belum bisa dilakukan semua perundang-undangan atau dibuat menjadi Perda,” katanya.■

Sile Baca Selengkapnye..

Jumat, 15 Februari 2008

*Suri Beauty Health dan Café

PERESMIAN
Peresmian Suri Beauty Health dan Café tepat perawatan dan kesehatan kulit milk, Ny. Suri Hartanti Henri Usman di Kecamatan Sungai Pinyuh oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pontianak, Hj. Tarminingsih, As, SIP, M.Kes. FOTO: Johan Wahyudi/Borneo Tribune.

Berikan Pelayanan Kesehatan Kulit Secara Optimal

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah


Kecamatan Sungai Pinyuh memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Terutama sektor usaha, termasuk salah satu di antarnya bidang usaha perawatan dan kesehatan kulit khusunya kaum perempuan.
Jumat (1/2), telah diresmikan tepat perawatan dan kesehatan kulit Suri Beauty Health dan Café yang menawarkan pelayanan perawatan kecantikan kulit dan refleksi dengan bahan-bahan alami back to natural yang aman untuk semua jenis kulit. Berlokasi di Jalan Raya Jurusan Pontianak, dekat Masjid Besar Nikmaturllah Sungai Pinyuh, tempat ini diresmikan Ketua Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pontianak, Hj. Tarminingsih, As, SIP, M.Kes, dengan pemotongan pita dengan didampingi pemilik Suri Beauty Health dan Café, Ny. Suri Hartanti Henri Usman. Hadir dalam kesempatn itu para pengurus PKK, dan anggota persatuan Dharma Wanita.

Dalam sambutannya, Ny. Suri Hartanti, yang didampingi suami tercinta, Drs. H. Henri Usman, mengatakan ide membuka Suri Beauty Health dan Café merupakan ide dari suaminya yang menilai Kecamatan Sungai Pinyuh merupakan lokasi yang tepat untuk membuka usaha perawatan dan kesehatan kulit khususnya kaum perempuan.

“Dengan hadirnya Suri Beauty Health dan Café, di tengah-tengah kehidupan masyarakat Sungai Pinyuh merupakan wujud nyata sumbangsih kami kaum perempuan guna mengabdikan diri dalam pembangunan daerah, masyarakat bangsa dan negara. Saya juga berharap memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi kaum perempuan,” katanya.

Dengan dibukannya Suri Beauty Health dan Café, dia berharap pemerintah daerah, khususnya PKK, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan maupun masyarakat, sepanjang berjalannya usaha tersebut untuk dapat memberikan saran dan petunjuk dan dengan tegas memberikan teguran jika melihat hal-hal yang bertentangan dengan koridor usaha yang seharusnya dijalankan.

“Dalam usaha Suri Beauty Health dan Café tentunya akan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku. Serta persyaratan yang ditentukan oleh instansi yang berwenang terhadap bidang usaha ini. Selain itu dalam menjalankan usaha ini, internalnya kami terikat dengan motto beriman, bertakwa dalam koridor etika, sopan santun dan keramahtamahan,” katanya.

Dengan diresmikannya Suri Beauty Health dan Café, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pontianak, Hj. Tarminingsih, As, SIP, M.Kes, yang juga istri Bupati Pontianak, menilai usaha perawatan dan kesehatan kulit khususnya kaum perempuan, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan kecantikan khususnya bagi ibu-ibu yang berusia 40 tahun ke atas. Sebab dengan kulit sehat akan mampu mencegah berbagai macam penyakit di usia tua.

“Suri Beauty Health dan Café diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi kaum perempuan terutama ibu-ibu. Sehingga ibu-ibu dapat meningkatkan kesehatan karena kesehatan ini bukan hanya setelah sakit baru dirawat tetapi sebaiknya kesehatan itu diawali dengan pencegahan artinya sebelum sakit kita harus melakukan pencegahan, sakit ini bukan hanya dari bentuk fisik melainkan sakit dalam bentuk yang luas seperti perawatan kulit dan kesehatan kulit dapat juga memberikan penampilan optimal bagi ibu-ibu,” katanya.
Apalagi dengan semakin tua, lapisan cairan di bawah kulit itu semakin berkurang dan akan menimbulkan penyakit pada kulit karena kekurangan zat-zat makanan kalau sudah terjadi penyakit pada kulit akan menimbulkan tumor-tumor kecil berupa bintik-bintik yang hitam pada kulit meskipun tidak ganas tetapi sangat mengganggu penampilan wajah perempuan.

“Jadi jangan sampai hal seperti itu terjadi, maka untuk memperlambat hal seperti itu, sebaiknya dilakukan perawatan kulit dan kita harapkan juga dengan adanya Suri Beauty Health dan Café ini dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan kaum perempuan, apalagi dengan adanya usaha ini tentunya dapat menambahkan income bagi daerah kita,” ujarnya.□


Sile Baca Selengkapnye..