*Damianus Yordan
Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Pontianak
Tahun 1988, awal Damianus Yordan mencintai olahraga tinju, ketika menyaksikan juara tinju Indonesia, Ellyas Pical bertanding di televisi.
“Saat itu di rumah kami belum ada TV, kami menonton TV dari di rumah tetangga. Menyaksikan Ellyas Pical bertanding di TV, timbul niat di diri saya menjadi seorang petinju karena pada dasarnya, saya memang suka berkelahi,” kata Damianus Yordan, ditemui di sasana latihan Pertina Kalbar di GOR Sultan Syarif Abdulrahman, Sabtu (12/5).
Ingin menyalurkan bakat tinju dia nekat meninggalkan kampung halamannya di desa Simpang Hulu, pergi ke Ketapang. Selama di Ketapang dia tinggal di terminal, di sana dia bertemu ketua Boxing Tanjungpura Ketapang, Herman Mimpi, langsung dibawa ke tempat latihan, tidak berapa lama dia berlatih bersama Hendrikus, Wakil Bupati Ketapang Sekarang.
“Untuk menjadi seorang petinju saya nekat meninggalkan kampung halaman. Di Ketapang saya tinggal di terminal. Di sana saya bertemu Herman Wimpi, Saya diajak berlatih tinju,” ucapnya.
Karena merasa berhasil di ring tinju, dia langsung memboyong Daud ke Ketapang. Saat itu Daud masih duduk di kelas I SD. Dia sendiri yang melatih teknik bertinju Daud.
“Saya bawa Daud dari kampung karena saya merasa tinju telah membuat saya berhasil menjadi orang. Daud sering saya push up jika melakukan kesalahan semua itu untuk melatih fisik dan mentalnya,” tegasnya
Daud mulai dilirik ke Pelatnas saat melakukan demontrasi tinju di Kalteng tahun 1996, karena kemampuan, skill dan teknik pukulan ditunjukan Daud sangat bagus, maka Daud mulai diperhitungkan di tingkat nasional.
“Semenjak menjadi petinju amatir Daud terus menunjukan prestasi yang gemilang dengan menjuarai pertandingan-pertandingan tinju amatir. Di Pon Palembang Daud mendapat medali perak setelah dikalahkan Hermanso Balo,” katanya.
Melihat prestasi di amatir Daud sangat bagus, dia mengambil keputusan membawa Daud ke tinju profesional karena tinju profesional lebih menjanjikan dari tinju amatir. “Petinju amatir banyak aturan yang mengikat, jadi saya putuskan Daud untuk terjun ke tinju profesional. Saya langsung membuat surat pengunduran diri Daud ke Pertina Pusat. Pihak Pertina sangat menyayangkan keputusan pengunduran Daud di tinju amatir,” ceritanya.
Keluar dari tinju amatir, sarana latihan untuk Daud sama sekali tidak ada karena tidak mempunya biaya membeli peralatan tinju. Dia terus berpikir keras untuk mencari fasilitas latihan untuk Daud seperti sarung tinju dan samsak. Namun dalam keadan susah datang seorang dewi penolong memberikan pinjam uang Rp 5 juta. Dengan uang tersebut dibelikan sarung tinju, samsak dan alat tinju lainnya.
“Keluar dari amatir, semuanya dimulai dari nol, karena kami tidak memilki peralatan untuk latihan tinju. Ketika sedang termenung, Nurhayati staf Pemdes Kabupaten Ketapang, saya anggap sebagai dewi penolong dalam keadaan serbah susah, dia meminjamkan uang Rp 5 juta untuk membeli alat tinju. Dengan uang tersebut saya berangkat ke Jakarta membeli sarung tinju tiga pasang, samsak tiga buah dan alat tinju lainnya untuk latihan Daud,” ceritanya
Di Jakarta, dia langsung menemui Daniell Bahari mempromosikan Daud. Daniel Bahari menanggap baik siap untuk menjadi promotor Daud, namun belum diikat kontrak. Kontrak resmi baru akan diberikan jika Daud menunjukan prestasi terbaik dalam lima pertandingannya di ring tinju profesional.
“Lima kali bertanding di ring profesional Daud menunjukan prestasi terbaik dengan mengalahkan lawan-lawannya dengan menang KO. Semenjak itu dia langsung di kontrak Daniel Bahari. Saya harap Daud dapat memenangkan pertandingan merebut gelar WBO Asia fasifik karena ini pertama putra Kalimantan sampai ke tinju WBO,” katanya menutupi pembicaraan.
Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Pontianak
Tahun 1988, awal Damianus Yordan mencintai olahraga tinju, ketika menyaksikan juara tinju Indonesia, Ellyas Pical bertanding di televisi.
“Saat itu di rumah kami belum ada TV, kami menonton TV dari di rumah tetangga. Menyaksikan Ellyas Pical bertanding di TV, timbul niat di diri saya menjadi seorang petinju karena pada dasarnya, saya memang suka berkelahi,” kata Damianus Yordan, ditemui di sasana latihan Pertina Kalbar di GOR Sultan Syarif Abdulrahman, Sabtu (12/5).
Ingin menyalurkan bakat tinju dia nekat meninggalkan kampung halamannya di desa Simpang Hulu, pergi ke Ketapang. Selama di Ketapang dia tinggal di terminal, di sana dia bertemu ketua Boxing Tanjungpura Ketapang, Herman Mimpi, langsung dibawa ke tempat latihan, tidak berapa lama dia berlatih bersama Hendrikus, Wakil Bupati Ketapang Sekarang.
“Untuk menjadi seorang petinju saya nekat meninggalkan kampung halaman. Di Ketapang saya tinggal di terminal. Di sana saya bertemu Herman Wimpi, Saya diajak berlatih tinju,” ucapnya.
Karena merasa berhasil di ring tinju, dia langsung memboyong Daud ke Ketapang. Saat itu Daud masih duduk di kelas I SD. Dia sendiri yang melatih teknik bertinju Daud.
“Saya bawa Daud dari kampung karena saya merasa tinju telah membuat saya berhasil menjadi orang. Daud sering saya push up jika melakukan kesalahan semua itu untuk melatih fisik dan mentalnya,” tegasnya
Daud mulai dilirik ke Pelatnas saat melakukan demontrasi tinju di Kalteng tahun 1996, karena kemampuan, skill dan teknik pukulan ditunjukan Daud sangat bagus, maka Daud mulai diperhitungkan di tingkat nasional.
“Semenjak menjadi petinju amatir Daud terus menunjukan prestasi yang gemilang dengan menjuarai pertandingan-pertandingan tinju amatir. Di Pon Palembang Daud mendapat medali perak setelah dikalahkan Hermanso Balo,” katanya.
Melihat prestasi di amatir Daud sangat bagus, dia mengambil keputusan membawa Daud ke tinju profesional karena tinju profesional lebih menjanjikan dari tinju amatir. “Petinju amatir banyak aturan yang mengikat, jadi saya putuskan Daud untuk terjun ke tinju profesional. Saya langsung membuat surat pengunduran diri Daud ke Pertina Pusat. Pihak Pertina sangat menyayangkan keputusan pengunduran Daud di tinju amatir,” ceritanya.
Keluar dari tinju amatir, sarana latihan untuk Daud sama sekali tidak ada karena tidak mempunya biaya membeli peralatan tinju. Dia terus berpikir keras untuk mencari fasilitas latihan untuk Daud seperti sarung tinju dan samsak. Namun dalam keadan susah datang seorang dewi penolong memberikan pinjam uang Rp 5 juta. Dengan uang tersebut dibelikan sarung tinju, samsak dan alat tinju lainnya.
“Keluar dari amatir, semuanya dimulai dari nol, karena kami tidak memilki peralatan untuk latihan tinju. Ketika sedang termenung, Nurhayati staf Pemdes Kabupaten Ketapang, saya anggap sebagai dewi penolong dalam keadaan serbah susah, dia meminjamkan uang Rp 5 juta untuk membeli alat tinju. Dengan uang tersebut saya berangkat ke Jakarta membeli sarung tinju tiga pasang, samsak tiga buah dan alat tinju lainnya untuk latihan Daud,” ceritanya
Di Jakarta, dia langsung menemui Daniell Bahari mempromosikan Daud. Daniel Bahari menanggap baik siap untuk menjadi promotor Daud, namun belum diikat kontrak. Kontrak resmi baru akan diberikan jika Daud menunjukan prestasi terbaik dalam lima pertandingannya di ring tinju profesional.
“Lima kali bertanding di ring profesional Daud menunjukan prestasi terbaik dengan mengalahkan lawan-lawannya dengan menang KO. Semenjak itu dia langsung di kontrak Daniel Bahari. Saya harap Daud dapat memenangkan pertandingan merebut gelar WBO Asia fasifik karena ini pertama putra Kalimantan sampai ke tinju WBO,” katanya menutupi pembicaraan.
0 komentar:
Posting Komentar